kebencian terhadap islam (sungguh licik)

daging babi yang digunakan untuk menodai Masjid Florence, South Carolina, terlihat dalam sebuah kantong yang digunakan kepolisian untuk melakukan penyelidikan mengenai penodaan itu. (Foto: Loon Watch)
daging babi yang digunakan untuk menodai Masjid Florence, South Carolina, terlihat dalam sebuah kantong yang digunakan kepolisian untuk melakukan penyelidikan mengenai penodaan itu. (Foto: Loon Watch)
ATLANTA (Berita SuaraMedia) – Ketika pertama kali melihat grafiti aneh itu, Mushtaq Hussain mengira itu adalah lelucon anak-anak muda. Seseorang memakai daging babi asap untuk menuliskan kata "BABI" dan "ORANG BODOH" di trotoar depan Masjid Florence, South Carolina. Tapi setelah Hussain, anggota dewan Pusat Islam Florence, memikirkannya, insiden pada hari Minggu (10/10) lalu itu tidak terlalu tampak seperti lelucon yang keliru tapi lebih seperti penghinaan yang licik dan kejam. "Kami berpikir dengan serius dan kami pikir, ‘Kau tahu, seseorang tidak menyukai kita’," ujarnya.
Jajak pendapat nasional menunjukkan ambivalensi – atau bahkan kemarahan - yang berkembang di kalangan warga Amerika terhadap Islam, yang sebagian menjelaskan penentangan atas Masjid Ground Zero dan Masjid-masjid di tempat lain, serta rencana pembakaran Al-Qur'an oleh seorang pastur Florida. Tapi serangan yang lebih halus dan bersikat psikologis terhadap kaum Muslim juga telah menjadi lazim, ujar kelompok-kelompok Muslim.
Dalam serangan-serangan itu, babi digunakan sebagai senjata utama, dikirim dalam bentuk paket ke Masjid, disebutkan dalam kata-kata yang tajam, atau, seperti di Florence, digunakan untuk menguraikan pesan literal.
Bagi banyak ahli, pesan sarat babi mencerminkan apa yang tampaknya seperti sebuah sudut pandang yang semakin bertentangan di Amerika tentang dampak kebudayaan Muslim terhadap politik dan masyarakat AS.
Seperti protes-protes semacam "Hari Semua Orang Menggambar Muhammad," beberapa Amerika mengganggu populasi Muslim yang mereka anggap terlalu sensitif dengan tindakan-tindakan yang – bagi non-Muslim – terlihat relatif lunak. Dalam prosesnya, mereka memperlihatkan perbedaan luas antara apa yang dianggap dapat diterima oleh ukuran kebebasan berbicara di Amerika dan oleh para penganut Islam.
"Ini bukan kejahatan bermotif kebencian, tapi ekspresi intoleransi, sungguh," ujar David Schanzer, direktur Triangle Center on Terrorism and Homeland Security di Universitas Duke dan Universitas North Carolina, Chapel Hill. "Saya rasa banyak dari hal ini berasal dari kurangnya pemahaman tentang Islam, kemarahan tentang serangan 11 September, dan banyaknya kesalahan informasi tentang kaum Muslim di Amerika dan Islam, semuanya ada di internet dan blog."
Menurut Council of American-Islamic Relations (CAIR), serangan terhadap Masjid, kasus warga Amerika membakar dan menembak Al-Qur'an, dan konfrontasi personal di jalan-jalan telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir ini. Klaim tersebut sulit dihitung karena lebih banyak orang yang mungkin hanya melaporkan insiden yang diabaikan di masa lalu.
"Masalahnya adalah Anda bisa melihat insiden-insiden itu dan mengatakan, ‘Yah, itu hanya orang idiot yang melakukan sesuatu yang bodoh,’ tapi saya rasa insiden itu harus dilihat sebagai lonjakan sentimen anti-Muslim di dalam masyarakat," ujar Ibrahim Hooper, direktur CAIR. "Sekarang, keseluruhan tema babi ini cukup populer di kalangan pembenci Muslim di luar sana."
Serangan babi muncul di tengah ketegangan di AS tentang bagaimana membicarakan Islam dalam budaya pop. Seorang seniman Seattle yang mengusulkan – tapi kemudian membatalkan – sebuah seruan untuk "Hari Semua Orang Menggambar Muhammad" sebagai protes terhadap episode South Park yang disensor, baru-baru ini meninggalkan pekerjaannya, pindah, dan mengubah namanya atas saran FBI.
Mengingat cerita-cerita seperti itu, sebanyak satu dari lima orang Amerika marah bahwa mereka harus berhati-hati di sekitar kepekaan kaum Muslim di sebuah negara di mana Amandemen Pertama menjamin hampir semua bentuk bicara, termasuk kata-kata dan tindakan penuh kebencian.
Grafiti daging babi asap akhir pekan lalu mendorong CAIR untuk meminta FBI menyelidiki penodaan yang dilakukan sebagai bagian dari apa yang disebut oleh organisasi itu sebagai pola luas dari intimidasi terhadap kaum Muslim di seluruh AS.
Sejauh ini, polisi Florence mengatakan insiden itu tidak memenuhi kriteria untuk disebut sebagai kejahatan bermotif kebencian, tapi mereka menyelidiki insiden itu sebagai kasus pelecehan.
Para ahli seperti Schanzer takut bahwa protes-protes seperti grafiti babi di Florence bisa menjadi bomerang.
"Selain tidak konsisten dengan nilai-nilai Amerika, saya rasa ini mengganggu keamanan kita," ujarnya. "Tidak diragukan lagi bahwa cara terbaik untuk mencegah tumbuhnya terorisme di dalam negeri adalah dengan mendapatkan informasi yang bagus dari komunitas Muslim." (rin/csm) www.suaramedia.com