Dikisahkan, di suatu negeri pernah hidup orang yang kaya dan taat beribadah. Mesti kaya, orang ini tidak sombong dan membanggakan kekayaannya. Ia sangat rajin membangun rumah ibadah, menyantuni anak yatim, membantu kerabat, tetangga, orang miskin, dan kegiatan sosial lainnya. Saat musim paceklik tiba, ia selalu membagi-bagikan kebutuhan pangan kepada orang yang membutuhkan. Salah seorang yang sering ia bantu ialah seorang tetangga miskin.
Saat orang kaya ini meningal dunia, ini masuk surga. Tanpa terduga, ia bertemu dengan tetangga miskin yang selalu disantuninya saat di dunia. Dengan rasa heran, orang kaya ini berkata, ”Sungguh tak menduga bisa bertemu anda di surga ini”, Orang miskin menjawab, ”Kenapa tidak, bukannya Alloh memberi surga kepada siapa saja yang dikehendakinya. Alloh maha pengasih kepada semua hamba-Nya tanpa pandang kaya atau miskin”. Si kaya balik bertanya, “Amalan apakah yang bisa memasukkan anda ke surga?”, Si miskin menjawab, “Saya mendapat pahala menyantuni anak yatim, kaum kerabat, tetangga, dan kegiatan sosial lainnya sama seperti yang anda dapatkan”. Orang kaya bertanya sambil heran, “Bagaimana mungkin anda mendapatkan pahala seperti yang saya dapatkan, bukannya kamu orang miskin?. Si miskin menjawab lagi, “Memang benar saya orang miskin, namun saat di dunia saya sering berdoa, Seandainya saya diberi kekayaan sama seperti engkau, saya berniat membantu orang miskin, anak yatim, kaum kerabat dan kegiatan sosial lainya. Namun, saya ditakdirkan menjadi orang miskin, dan saya iklas dan sabar menerimanya”.
Kisah di atas kelihatan seperti rekayasa dan sulit dibuktikan karena menyangkut hal gaib, siapa yang pernah dan kembali dari surga. Namun saat ditelusuri merujuk hadits nabi, kisah di atas mengandung kebenaran. Ada dua golongan manusia terkait dengan kepemilikan atas harta dan cara menggunakannya yakni:
#Golongan Pertama, Orang yang diberikan ilmu agama dan harta melimpah. Ia bertaqwa kepada Alloh melalui ilmu dan harta. Orang ini mendapat tempat utama di sisi Alloh
#Golongan Kedua, Orang yang diberikan ilmu agama tetapi miskin. Dia berniat dengan jujur, andai diberi kekayaan, ia akan berbuat sama seperti orang kaya. Orang ini dengan niat saja, di sisi alloh mendapat pahala yang sama.
Pelajaran yang bisa kita ambil, saat diberi nikmat kaya oleh Alloh, hendaklah menjadi orang dermawan dan tidak sombong. Lengkapi diri dengan ilmu dan pemahaman agama dengan baik. Gunakan harta sebaik-baiknya sehingga memberikan manfaat dan berkah untuk banyak orang. Tumbuhkan kesadaran, bahwa sesungguhnya harta akan ditanya Alloh dari dua sisi. Dari mana memperolehnya dan kemana saja harta itu digunakan. Niscaya, akan mendapat kedudukan tertinggi dari Alloh SWT.
Sebaliknya, jika kita ditakdirkan menjadi orang miskin, tetap juga harus berusaha memiliki ilmu agama dengan baik sampai akhir hayat. Niatkan dengan jujur dan bulat untuk menjadi orang yang dermawan kepada orang yang membutuhkan. Niscaya, Alloh tidak akan menyia-nyiakan niat baik ini. Dan akan mendapat kedudukan tinggi di hadapan Alloh.
Kuliah Tarawih, Mesjid Darussalam Kota Wisata, 29 Agustus 2010, Narasumber: Drs. Israr Nawawi