Ketika Rasulullah saw mengutus Mu'adz bin Jabal ke Yaman, beliau bertanya kepada Mu'adz, "Dengan pedoman apa anda memutuskan suatu urusan?. Jawab Mu'adz: Dengan Kitabullah. Tanya Rasul: Kalau tidak ada dalam al-Quran? Jawab Mu'adz: Dengan sunnah Rasulullah. Tanya Rasul: Kalau dalam sunnah juga tidak ada? Jawab Mu'adz: Saya berijtihad dengan pikiran saya. Sabda Rasul: Maha Suci Allah yang telah memberikan bimbingan kepada utusan Rasul-Nya, dengan satu sikap yang disetujui Rasul-Nya." (HR. Abu Dawud dan Turmudzi).
Dari peristiwa ini dapat diambil kesimpulan tentang nilai dan sumber nilai Islam, yaitu al-Qu'an, sunnah, dan ijtihad. Ayat-ayat yang mendukung bahwa al-Qur'an, as-sunnah, dan ijtihad merupakan nilai dan sumber nilai seorang muslim, dapat kita temukan dalam banyak surat. Kesimpulan lain yang dapat diambil dalam peristiwa tersebut di atas ialah bahwa penggunaan tiga sumber nilai itu hendaknya diprioritaskan yang pertama, kedua, dan ketiga. Konsekuensinya adalah apabila bertentangan satu dengan yang lain, maka hendaknya dipilih al-Qur'an terlebih dahulu kemudian yang kedua, al-Hadits.
Dari peristiwa ini dapat diambil kesimpulan tentang nilai dan sumber nilai Islam, yaitu al-Qu'an, sunnah, dan ijtihad. Ayat-ayat yang mendukung bahwa al-Qur'an, as-sunnah, dan ijtihad merupakan nilai dan sumber nilai seorang muslim, dapat kita temukan dalam banyak surat. Kesimpulan lain yang dapat diambil dalam peristiwa tersebut di atas ialah bahwa penggunaan tiga sumber nilai itu hendaknya diprioritaskan yang pertama, kedua, dan ketiga. Konsekuensinya adalah apabila bertentangan satu dengan yang lain, maka hendaknya dipilih al-Qur'an terlebih dahulu kemudian yang kedua, al-Hadits.
1. Fungsi dan peranan al-Qur'an.
Al-Qur'an adalah wahyu Allah (42:7) yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw (17:88; 10:38), sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim (4:105; 5:49,50; 45:20), dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya (5:48,15; 16:64), dan bernilai abadi. Sebagai mu'jizat, al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi (7:158) yang hidup pada awal abad ke-enam Masehi (571-632M). Di antara ayat-ayat tersebut umpamanya: 39:6; 6:125; 23:12,13; 51:49; 41:11-41; 21:30-33; 51:7, dan lain-lain. Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba', Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa, dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah swt (30:2-4; 5:14). Bahasa al-Qur'an adalah mu'jizat terbesar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapian susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikianlah 'Umar bin Khathab masuk Islam setelah mendengar awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Wahd, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca nabi. Tepat yang dinyatakan al-Qur'an bahwa sebab seorang tidak menerima kebenaran al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi adalah salah satu diantara dua sebab, yaitu:
a) tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh.
b) tidak sempat mendengar dan mengetahui al-Qur'an secara baik (67:10, 4:82).
Oleh al-Qur'an disebut al-maghdhub (dimurkai Allah) karena tahu kebenaran tetapi tidak mau menerima kebenaran itu dan disebut adh-Dhalim (orang sesat) karena tidak menemukan kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa al-Qur'an itu adalah wahyu Allah, maka al-Qur'an sendiri menantang setiap manusia untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan al-Qur'an (2:23,24; 17:88).
Sebagai pedoman hidup, al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan makhluk lainnya. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti:
- beribadah langsung kepada Allah (2:43,183,184,196,197; 11:114),
- berkeluarga (4:3,4,15,19,20,25; 2:221; 24:32; 60:10,11),
- bermasyarakat (4:58; 49:10,13; 23:52; 8:46; 2:143),
- berdagang (2:275,276,280; 4:29),
- utang-piutang (2:282),
- kewarisan (2:180; 4:7-12,176; 5:106),
- pendidikan dan pengajaran (3:159; 4:9,63; 31:13-19; 26:39,40),
- pidana (2:178; 4:92,93; 5:38; 10:27; 17:33), dan
- aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu (7:158; 34:28; 21:107).
Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan tata nilai tersebut dalam kehidupannya (2:208; 6:153; 9:51). Dan sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa (33:36). Melaksanakannya dinilai ibadah (4:69; 24:52; 33:71), memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci (61:10-13; 9:41), mati karenanya dinilai sebagai mati syahid (3:157, 169), hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi (4:100; 3:195), dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir (5:44,45,47).
Sebagai korektor al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai al-Qur'an tidak sesuai dengan ajaran Allah yang sebenarnya (karena pemalsuan-pemalsuan). Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu, hukum-hukum, prinsip-prinsip ketuhanan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh koreksi-koreksi yang dikemukakan al-Qur'an antara lain sebagai berikut:
a) tentang ajaran Trinitas (5:73).
b) tentang Isa (3:49,59; 5:72,75).
c) tentang penyaliban Nabi Isa (4:157, 158).
d) tentang Nabi Luth (29:28-30; 7:80-84), perhatikan (Genesis, 19:33-36).
e) tentang Harun (20:90-94), perhatikan (Keluaran, 37:2-4).
f) tentang Sulaiman (2:102; 27:15-44), perhatikan (Raja-raja, 21:4-5), dan lain-lain.
Al-Qur'an adalah wahyu Allah (42:7) yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw (17:88; 10:38), sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim (4:105; 5:49,50; 45:20), dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya (5:48,15; 16:64), dan bernilai abadi. Sebagai mu'jizat, al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi (7:158) yang hidup pada awal abad ke-enam Masehi (571-632M). Di antara ayat-ayat tersebut umpamanya: 39:6; 6:125; 23:12,13; 51:49; 41:11-41; 21:30-33; 51:7, dan lain-lain. Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba', Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa, dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah swt (30:2-4; 5:14). Bahasa al-Qur'an adalah mu'jizat terbesar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapian susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikianlah 'Umar bin Khathab masuk Islam setelah mendengar awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Wahd, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca nabi. Tepat yang dinyatakan al-Qur'an bahwa sebab seorang tidak menerima kebenaran al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi adalah salah satu diantara dua sebab, yaitu:
a) tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh.
b) tidak sempat mendengar dan mengetahui al-Qur'an secara baik (67:10, 4:82).
Oleh al-Qur'an disebut al-maghdhub (dimurkai Allah) karena tahu kebenaran tetapi tidak mau menerima kebenaran itu dan disebut adh-Dhalim (orang sesat) karena tidak menemukan kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa al-Qur'an itu adalah wahyu Allah, maka al-Qur'an sendiri menantang setiap manusia untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan al-Qur'an (2:23,24; 17:88).
Sebagai pedoman hidup, al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan makhluk lainnya. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti:
- beribadah langsung kepada Allah (2:43,183,184,196,197; 11:114),
- berkeluarga (4:3,4,15,19,20,25; 2:221; 24:32; 60:10,11),
- bermasyarakat (4:58; 49:10,13; 23:52; 8:46; 2:143),
- berdagang (2:275,276,280; 4:29),
- utang-piutang (2:282),
- kewarisan (2:180; 4:7-12,176; 5:106),
- pendidikan dan pengajaran (3:159; 4:9,63; 31:13-19; 26:39,40),
- pidana (2:178; 4:92,93; 5:38; 10:27; 17:33), dan
- aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu (7:158; 34:28; 21:107).
Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan tata nilai tersebut dalam kehidupannya (2:208; 6:153; 9:51). Dan sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa (33:36). Melaksanakannya dinilai ibadah (4:69; 24:52; 33:71), memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci (61:10-13; 9:41), mati karenanya dinilai sebagai mati syahid (3:157, 169), hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi (4:100; 3:195), dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir (5:44,45,47).
Sebagai korektor al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai al-Qur'an tidak sesuai dengan ajaran Allah yang sebenarnya (karena pemalsuan-pemalsuan). Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu, hukum-hukum, prinsip-prinsip ketuhanan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh koreksi-koreksi yang dikemukakan al-Qur'an antara lain sebagai berikut:
a) tentang ajaran Trinitas (5:73).
b) tentang Isa (3:49,59; 5:72,75).
c) tentang penyaliban Nabi Isa (4:157, 158).
d) tentang Nabi Luth (29:28-30; 7:80-84), perhatikan (Genesis, 19:33-36).
e) tentang Harun (20:90-94), perhatikan (Keluaran, 37:2-4).
f) tentang Sulaiman (2:102; 27:15-44), perhatikan (Raja-raja, 21:4-5), dan lain-lain.
2. Sejarah kodifikasi dan perkembangannya.
Allah akan menjamin kesucian dan kemurnian al-Qur'an, akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau penguranan-pengurangan (15:9; 75:17-19). Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan al-Qur'an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Al-Qur'an ditulis sejak nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada nabi, nabi langsung memerinahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan.
Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar ash-shiddiq, al-Qur'an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang ketiga, 'Utsman bin Affan, al-Qur'an telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah al-Qur'an yang asli itu sampai saat ini masih ada. Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan maupun tulisan. Karena penulisan al-Qur'an pada masa pertama tidak memakai tanda baca (tanda titik dan harakat) maka al-Khalil mengambil inisiatif untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu huruf waw yang kecil di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil di atas untuk tanda fat-hah, huruf alif yang kecil di bawah untuk tanda kasrah, kepala huruf syin untuk tanda shiddah, kepala ha untuk syukun, dan kepala 'ain untuk hamzah. Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan ditambah sehingga menjadi bentuk yang sekarang ada.
Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa macam tafsir al-Qur'an yang ditulis oleh ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam tafsir al-Qur'an. Juga telah tumbuh pula berbagai macam disiplin ilmu untuk membaca dan membahas al-Qur'an.
Allah akan menjamin kesucian dan kemurnian al-Qur'an, akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau penguranan-pengurangan (15:9; 75:17-19). Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan al-Qur'an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Al-Qur'an ditulis sejak nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada nabi, nabi langsung memerinahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan.
Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar ash-shiddiq, al-Qur'an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang ketiga, 'Utsman bin Affan, al-Qur'an telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah al-Qur'an yang asli itu sampai saat ini masih ada. Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan maupun tulisan. Karena penulisan al-Qur'an pada masa pertama tidak memakai tanda baca (tanda titik dan harakat) maka al-Khalil mengambil inisiatif untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu huruf waw yang kecil di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil di atas untuk tanda fat-hah, huruf alif yang kecil di bawah untuk tanda kasrah, kepala huruf syin untuk tanda shiddah, kepala ha untuk syukun, dan kepala 'ain untuk hamzah. Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan ditambah sehingga menjadi bentuk yang sekarang ada.
Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa macam tafsir al-Qur'an yang ditulis oleh ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam tafsir al-Qur'an. Juga telah tumbuh pula berbagai macam disiplin ilmu untuk membaca dan membahas al-Qur'an.
3. Ilmu-ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur'an.
Ilmu-ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur'an antara lain:
a) Ilmu Mawathin Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tempat-tempat turunnya ayat al-Qur'an.
b) Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-sebab turunnya ayat al-Qur'an.
c) Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang membahas teknik membaca al-Qur'an.
d) Gharibil Qur'an, yaitu ilmu yang membahas kalimat-kalimat yang asing artinya dalam al-Qur'an.
e) Ilmu Wajuh wa Nadhar, yaitu ilmu yang membahas kalimat yang mempunyai banyak arti dan makna apa yang dikehendaki oleh sesuatu ayat dalam al-Qur'an.
f) Ilmu Amtsalil Qur'an, yaitu ilmu yang membahas perumpamaan-perumpamaan dalam al-Qur'an.
g) Ilmu Aqsamil Qur'an, yaitu ilmu yang mempelajari maksud-maksud sumpah Tuhan dalam al-Qur'an.
h) dan masih banyak lagi.
Ilmu-ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur'an antara lain:
a) Ilmu Mawathin Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tempat-tempat turunnya ayat al-Qur'an.
b) Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas sebab-sebab turunnya ayat al-Qur'an.
c) Ilmu Tajwid, yaitu ilmu yang membahas teknik membaca al-Qur'an.
d) Gharibil Qur'an, yaitu ilmu yang membahas kalimat-kalimat yang asing artinya dalam al-Qur'an.
e) Ilmu Wajuh wa Nadhar, yaitu ilmu yang membahas kalimat yang mempunyai banyak arti dan makna apa yang dikehendaki oleh sesuatu ayat dalam al-Qur'an.
f) Ilmu Amtsalil Qur'an, yaitu ilmu yang membahas perumpamaan-perumpamaan dalam al-Qur'an.
g) Ilmu Aqsamil Qur'an, yaitu ilmu yang mempelajari maksud-maksud sumpah Tuhan dalam al-Qur'an.
h) dan masih banyak lagi.
4. Pembagian isi al-Qur'an.
Al-Qur'an terdiri dari 114 surat; 91 surat turun di Makkah dan 23 surat turun di Madinah. Ada pula yang berpendapat, 86 surat turun di Makkah dan 28 surat di Madinah. Surat yang turun di Makkah dinamakan Makkiyah, pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan surat yang turun di Madinah disebut Madaniyyah, pada umumnya suratnya panjang-panjang menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Diperkirakan 19/30 turun di Madinah. Atas inisiatif para ulama maka kemudian al-Qur'an dibagi-bagi menjadi 30 juz. Dalam 30 juz dibagi kepada setengah juz, seperempat juz, maqra, dan lain-lain.
Al-Qur'an terdiri dari 114 surat; 91 surat turun di Makkah dan 23 surat turun di Madinah. Ada pula yang berpendapat, 86 surat turun di Makkah dan 28 surat di Madinah. Surat yang turun di Makkah dinamakan Makkiyah, pada umumnya suratnya pendek-pendek, menyangkut prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, panggilannya ditujukan kepada manusia. Sedangkan surat yang turun di Madinah disebut Madaniyyah, pada umumnya suratnya panjang-panjang menyangkut peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan atau seseorang dengan lainnya (syari'ah). Diperkirakan 19/30 turun di Madinah. Atas inisiatif para ulama maka kemudian al-Qur'an dibagi-bagi menjadi 30 juz. Dalam 30 juz dibagi kepada setengah juz, seperempat juz, maqra, dan lain-lain.
5. Nama-nama al-Qur'an.
al-Kitab: tulisan yang lengkap (2:2)
al-Furqan: memisahkan antara yang haq dari yang bathil (25:1)
al-Mau'idhah: nasihat (10:57)
asy-Syifa': obat (10:57)
al-Huda: yang memimpin (72:13)
al-Hikmah: kebijaksanaan (17:39)
al-Hukmu: keputusan (13:37)
al-Khair: kebaikan (3:103)
adz-dzikru: peringatan (15:9)
ar-Ruh: roh (42:52)
al-Muthahharah: yang disucikan (80:14)
al-Kitab: tulisan yang lengkap (2:2)
al-Furqan: memisahkan antara yang haq dari yang bathil (25:1)
al-Mau'idhah: nasihat (10:57)
asy-Syifa': obat (10:57)
al-Huda: yang memimpin (72:13)
al-Hikmah: kebijaksanaan (17:39)
al-Hukmu: keputusan (13:37)
al-Khair: kebaikan (3:103)
adz-dzikru: peringatan (15:9)
ar-Ruh: roh (42:52)
al-Muthahharah: yang disucikan (80:14)
a) Makkiyah.
01. Al'Alaq 02. Al-Qalam 03. Al-Muzammil 04. Al-Muddatstsir 05. Al-Fatihah 06. Al-Masab (Al-Lahab) 07. At-Takwir 08. Al-A'la 09. Al-Lail 10. Al-Fajr 11. Adh-Dhuha 12. Alam Nasyrah (Al-Insyirah) 13. Al-'Ashr 14. Al-Aadiyat 15. Al-Kautsar 16. At-Takatsur 17. Al-Ma'un 18. Al-Kafirun 19. Al-Fiil 20. Al-Falaq 21. An-Nas 22. Al-Ikhlas 23. An-Najm 24. 'Abasa 25. Al-Qadar 26. Asy-Syamsu 27. Al-Buruj 28. At-Tin 29. Al-Quraisy 30. Al-Qariah 31. Al-Qiyamah 32. Al-Humazah 33. Al-Mursalah 34. Qaf 35. Al-Balad 36. Ath-Thariq 37. Al-Qamar 38. Shad 39. Al-A'raf 40. Al-Jin 41. Yaasin 42. Al-Furqan 43. Fathir 44. Maryam 45. Thaha 46. Al-Waqi'ah | 47. Asy-Syura 48. An-Naml 49. Al-Qashash 50. Al-Isra 51. Yunus 52. Hud 53. Yusuf 54. Al-Hijr 55. Al-An'am 56. Ash-Shaffat 57. Lukman 58. Saba' 59. Az-Zumar 60. Ghafir 61. Fushshilat 62. Asy-Syura 63. Az-Zukhruf 64. Ad-Dukhan 65. Al-Jatsiyah 66. Al-Ahqqaf 67. Adz-Dzariyah 68. Al-Ghasyiyah 69. Al-Kahf 70. An-Nahl 71. Nuh 72. Ibrahim 73. Al-Anbiya 74. Al-Mu'minun 75. As-Sajdah 76. Ath-Thur 77. Al-Mulk 78. Al-Haqqah 79. Al-Ma'arij 80. An-Naba' 81. An-Nazi'at 82. Al-Infithar 83. Al-Insyiqaq 84. Ar-Rum 85. Al-Ankabut 86. Al-Muthaffifin 87. Al-Zalzalah 88. Ar-Rad 89. Ar-Rahman 90. Al-Insan 91. Al-Bayyinah |
Turunnya surah-surah Makiyyah lamanya 12 tahun, 5 bulan, 13 hari, dimulai pada 17 Ramadhan 40 tahun usia Nabi (Februari 610 M).
b) Madaniyyah.
01. Al-Baqarah 02. Al-Anfal 03. Ali 'Imran 04. Al-Ahzab 05. Al-Mumtahanah 06. An-Nisa' 07. Al-Hadid 08. Al-Qital 09. Ath-Thalaq 10. Al-Hasyir 11. An-Nur 12. Al-Hajj | 13. Al-Munafiqun 14. Al-Mujadalah 15. Al-Hujurat 16. At-Tahrim 17. At-Taghabun 18. Ash-Shaf 19. Al-Jum'at 20. Al-Fath 21. Al-Ma'idah 22. At-Taubah 23. An-Nash |
01. Al-Fatihah 02. Al-Baqarah 03. Ali 'Imran 04. An-Nisa' 05. Al-Ma'idah 06. Al-An'am 07. Al-A'raf 08. Al-Anfal 09. At-Taubah 10. Yunus 11. Hud 12. Yusuf 13. Ar-Ra'd 14. Ibrahim 15. Al-Hijr 16. An-Nahl 17. Al-Isra' 18. Al-Kahf 19. Maryam 20. Thaha 21. Al-Anbiya 22. Al-Hajj 23. Al-Mu'minun 24. An-Nur 25. Al-Furqan 26. Asy-Syu'ara 27. An-Naml 28. Al-Qashash 29. Al-Ankabut 30. Ar-Rum 31. Lukman 32. As-Sajdah 33. Al-Ahzab 34. Saba' 35. Fathir 36. Yaasin 37. Ash-Shaffat 38. Shad 39. Az-Zumar 40. Al-Mu'min 41. Fushshilat 42. Asy-Syura 43. Az-Zukhruf 44. Ad-Dukhan 45. Al-Jatsiyah 46. Al-Ahqqaf 47. Muhammad 48. Al-Fath 49. Al-Hujurat 50. Qaf 51. Adz-Dzariyah 52. Ath-Thur 53. An-Najm 54. Al-Qamar 55. Ar-Rahman 56. Al-Waqi'ah 57. Al-Hadid 58. Al-Mujadalah 59. Al-Hasyir 60. Al-Mumtahanah | 61. Ash-Shaf 62. Al-Jum'at 63. Al-Munafiqun 64. At-Taghabun 65. Ath-Thalaq 66. At-Tahrim 67. Al-Mulk 68. Al-Qalam 69. Al-Haqqah 70. Al-Ma'arij 71. Nuh 72. Al-Jin 73. Al-Muzammil 74. Al-Muddatstsir 75. Al-Qiyamah 76. Al-Insan 77. Al-Mursalah 78. An-Naba' 79. An-Nazi'at 80. 'Abasa 81. At-Takwir 82. Al-Infithar 83. Al-Muthaffifin 84. Al-Insyiqaq 85. Al-Buruj 86. Ath-Thariq 87. Al-A'la 88. Al-Ghasyiyah 89. Al-Fajr 90. Al-Balad 91. Asy-Syamsu 92. Al-Lail 93. Adh-Dhuha 94. Alam Nasyrah (Al-Insyirah) 95. At-Tin 96. Al-'Alaq 97. Al-Qadar 98. Al-Bayyinah 99. Al-Zalzalah 100. Al-Aadiyat 101. Al-Qariah 102. Al-Takatsur 103. Al-'Ashr 104. Al-Humazah 105. Al-Fiil 106. Al-Quraisy 107. Al-Ma'un 108. Al-Kautsar 109. Al-Kafirun 110. An-Nashr 111. Al-Masab (Al-Lahab) 112. Al-Ikhlas 113. Al-Falaq 114. An-Nas |