“Lalu? Apa istimewanya untukku? Bukankah tiap hari juga banyak penjual keranjang yang lewat di depan istana?” tanya Putri.
“Tuan, pemuda yang satu ini beda. Ia luar biasa tampan!” kata pelayan itu setengah berseru.
“Benarkah?” tanya Putri dengan mata berbinar. “Suruh dia masuk!”
Pelayan wanita itu segera berlari keluar memanggil si pemuda dan membawanya masuk untuk menghadap Putri. Setelah pemuda itu masuk, pelayan wanita itu segera mengunci pintu. Lalu keluarlah Putri dengan memakai pakaian transparan yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dan tanpa penutup kepala sehingga rambutnya yang indah dan lehernya yang jenjang terlihat dengan jelas. Pemuda itu segera mengucap istighfar dan menundukan pandangannya.
“Maaf Tuan Putri, mohon tutuplah auratmu. Semoga Alloh mengampunimu,” pinta Pemuda itu dengan sopan.
“Kenapa? Kau tidak suka?” tanya Putri menggoda.
“Maaf Tuan Putri, sebaiknya saya keluar saja daripada nanti menimbulkan fitnah. Biar pelayan anda saja yang memilih keranjang yang hendak Tuan beli di luar,” kata Pemuda.
“Siapa yang bilang aku mau membeli keranjangmu?” tanya Putri sambil tersenyum kecil. “Aku menyuruhmu masuk karena aku tetarik pada ketampananmu.”
“Wahai Putri, takutlah engkau kepada Alloh. Perbuatanmu akan menghinakanmu di hadapan manusia dan Alloh,” kata Pemuda.
“Hahaha…” Putri tertawa geli. “Siapa yang bisa melihat perbuatan kita disini? Pintu telah terkunci, dan hanya ada kita berdua.”
“Ingatlah akan Alloh yang Maha Mengetahui,” kata Pemuda itu.
Rupanya Putri sudah kerasukan setan. Kata-kat Pemuda itu sama sekali tidak membuatnya takut. Ia malah semakin berani mengoda si Pemuda. Tapi karena tidak juga berhasil, Putri menjadi murka.
“Hai Pemuda yang keras kepala. Kau telah menghinaku dengan berani mengacuhkanku. Kamu tahu, aku bisa membuatmu dihukum berat,” kata Putri.
“Aku tidak melakukan kesalahan apapun,” tantang Pemuda.
“Bodoh! Aku bisa saja memberitahu ayahku bahwa kau dengan sengaja menyusup kemari dan memaksaku berbuat yang tidak senonoh,” katanya.
“Tapi aku tidak melakukannya, itu fitnah namanya” jawab Pemuda.
“Hah! Aku bisa melakukan apapun yang kumau!” kata Putri dengan angkuh. “Sekarang kau tinggal pilih. Memenuhi keinginanku atau dihukum berat?”
Pemuda itu berpikir sejenak.
“Sebelum aku memeutuskan, ijinkan aku berwudhu lebih dulu, “ pinta si Pemuda.
“Untuk apa?” tanya Putri heran.
“Aku akan meminta Alloh yang memilihkan jawabannya untukku,” katanya.
“Hmmm pandai sekali kau mengulur waktu. Meskipun kau memohon sepanjang hari, aku yakin Tuhanmu tidak akan hadir di sini,” kata Putri mengejek.
Tapi ia mengizinkan Pemuda itu untuk berwudhu dan berdoa di kamar yang terletak di atas loteng. Dengan begitu ia tidak mungkin melarikan diri.
Di atas loteng, dengan khusyuk si Pemuda memanjatkan doanya.
“Ya Alloh, sesungguhnya hamba-Mu sangat takut berbuat maksiat pada-Mu. Lebih baik aku meloncat dari atas loteng ini dan menyerahkan nasibku kepada-Mu daripada aku berbuat dosa.”
Dengan hati mantap pemuda itu meloncat dari loteng yang letaknya sangat tinggi. Saat itu pula Alloh menurunkan malaikat-Nya untuk menggandeng tangan si pemuda sehingga ia tiba di tanah dalam keadaan berdiri dan ringan serta tidak terluka sedikit pun.
Pemuda itu sangat beryukur atas pertolongan Alloh. Namun ia juga khawatir peristiwa yang sama akan terulang kembali jika ia masih berjualan keranjang.
“Ya Alloh. Jika Engkau mengizinkan, karuniakanlah kepadaku rizki hingga aku tidak perlu berjualan lagi. Mudah-mudahan hal itu akan menambah kebaikan untukku,” doa si Pemuda.
Rupanya Alloh berkenan mengabulkan doanya. Alloh mengirimkan sekawanan belalang yang terbuat dari emas untuk dipungut oleh si Pemuda. Ia mengumpulkannya dan memasukannya ke dalam saku bajunya. Tapi pemuda itu takut hartanya tersebut akan mengurangi ridhonya Alloh. Maka ia berdoa kembali.
“Ya Alloh, jika rizkimu ini akan mengurangi jatahku di akhirat nanti, maka ambillah kembali dan simpankanlah untukku.”
Pemuda itu seolah-olah mendengar suara yang memberitahukan bahwa hadiah itu hanyalah satu dari duapuluh lima bagian pahalanya atas kesabarannya melemparkan diri dari loteng.
“Ya Alloh kalau begitu hamba tidak membutuhkan harta ini lagi. Tolong ambillah lagi, karena hamba memilih memintanya nanti di Akhirat,” pinta si Pemuda.
Seketika itu juga semua belalang emasnya menghilang. Alloh telah mengambilnya kembali dan menjadi simpanan pahala bagi si pemuda yang takut dosa itu.