Air Mata Al-Faruuq Umar bin Khottob

Air Mata Al-Faruuq Umar bin Khottob

Setelah tangisan Abu Bakar, maka pantaslah kiranya  kita juga menengok bagaimana tangisan Umar bin Khatab. Jika disebutkan nama Umar, maka segera terlintas dalam benak kita sosok berwajah tegas dan keras bak panglima perang dihadapan pasukan musuh.  Lintasan pikiran  yang tidak sepenuhnya salah, tapi sebenarnya ada sisi lain dari gambaran sosok Umar bin Khatab yang jarang terungkap. Bahwasanya, pada wajah beliau yang mulia, ada dua guratan hitam di sebelah kedua matanya. Guratan hitam itu tidak lain dan tidak bukan adalah karena beliau sering menangis. Guratan itu adalah bukti nyata betapa lembut hati sang Amirul Mukminin. Beliau mudah menangis, tentu saja tangisan yang mulia dengan alasan yang juga mulia.

Umar bin Khattab sering menangis ketika berdiri di atas kuburan. Air mata beliau mengalir deras hingga membasahi jenggotnya, lalu berujar lirih : " aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya kuburan adalah tempat tinggal yang paling awal di akhirat, barang siapa yang selamat darinya maka seterusnya akan lebih mudah baginya, dan barang siapa yang tidak selamat, maka setelahnya akan lebih berat ". Maka beliaupun tenggelam dalam tangisan pengingat akhiratnya.

Sebagaimana Abu Bakar ra, beliau juga pernah menangis karena kerinduan terhadap Rasulullah SAW. Suatu ketika Umar bin Khotob berdiri di hadapan Hajar Aswad, beliau mengatakan : "  Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah SAW menciummu, sungguh aku tidak akan menciummu ", kemudian beliau menangis dengan suara bergemuruh di dalam dadanya. Kali ini adalah tangisan kerinduan pada Rasulullah yang mulia.
Di waktu yang lain, beliau mendengar seorang yang membaca ayat :

" Sesungguhnya azab Tuhanmu pasti terjadi, Tidak seorangpun dapat menolaknya " .(QS at-Thur 7-8)
maka tiba-tiba beliau berteriak dengan suara yang tinggi seolah berada dalam ketakutan yang luar biasa.
Bukan hanya itu, sesaat setelahnya tubuhnya yang mulia jatuh tersungkur lalu tidak sadarkan diri. Para sahabat membawanya pulang ke rumah, kemudian Umar pun jatuh sakit selama sebulan di dalam rumahnya. Inilah gambaran kelembutan hati sang Amirul Mukminin, yang pada masa kekhalifahannya, daulah islamiyah telah menguasai lebih dari sepertiga belahan bumi ini !