Sosok Kartini Asal Beji-Pasuruan

Wanita Hebat dari Beji-Pasuruan

34-kholifah
Ini dia gan wanita inspirator yang uda sering dapet penghargaan masuk TV pula , karena kerja kerasnya memajukan dunia pertanian, seorang wanita yang menjadi perintis agen hayati di beji pasuruan, berikut selengkapnya.
Kholifah, Itulah nama ibu rumah tangga biasa yang berasal dari desa Kedungringin, Beji, Pasuruan, Jawa Timur ini. Namun dibalik semua itu ia tercatat menjadi salah satu penerima kalpataru pada tahun 2010. Kholifah menerima Kalpataru untuk kategori perintis lingkungan. Apa sih yang telah dilakukannya?

Lahir sebagai seorang dengan ekonomi yang tidak terlalu berada tidak membuat Kholifah patah semangat. Meski hanya tamat SMA dan itupun melalui kejar paket, Kholifah tak langsung bermurung diri. Ia berhasil merintis penggunaan trichogramma dan mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk buatan di daerahnya.

Ini berawal ketika Kholifah ikut merasakan bau menyengat yang ditimbulkan oleh pestisida dan pupuk kimia. Penggunaan pestisida dan pupuk kimia begitu marak di tempat ia tinggal, ini digunakan untuk mendongkrak hasil panen serta menghindari gagal panen. Dari sini Kholifah pun diam-diam memutar otak. Ia berusaha mencari jalan untuk menghilangkan bau menyengat ini tapi juga dengan tidak mengurangi hasil panen.

Lalu, ia mulai bergabung dengan sebuah kelompok tani yang bernama “Petani Maju” tahun 1997. Tak lama ia pun diminta ketua di kelompok tani ini untuk mengikuti kursus Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) tepatnya tahun 1998. Dari sinilah Kholifah mendapatkan banyak pengetahuan tentang jenis hama, musuh alami, virus dan penyakit tanaman padi lainnya. Sejak saat itu Kholifah pun semakin tertarik dan mulai mengikuti berbagai kursus lainnya.

Setelah mendapatkan banyak ilmu dari berbagai kursus yang diikutinya Kholifah pun mulai tahu dengan adanya agen hayati yaitu penggunaan musuh alami untuk mengatasi hama yang mangancam kelangsungan hidup padi. Lalu ia pun mulai membuat trichogramma.

Keuntungan lain didapatnya dengan penggunaan trichogramma ini. Kholifah pun bisa menekan biaya produksi, sehingga keluarganya bisa menikmati keuntungan yang lebih besar dari sebelumnya. Tak hanya sampai di situ, Kholifah tidak hanya mau enak sendiri saja, dia pun semakin bersemangat untuk menularkan pengetahuannya ini kepada tetangga sekitarnya serta anggota kelompok tani lainnya. Hasilnya bau menyengat pun mulai tak tercium lagi di tempat tinggalnya sejak tahun 2000.

Ternyata keberuntungan terus berpihak pada Kholifah. Semakin banyak yang berminat terhadap trichogramma-nya.Tidak hanya pada tingkat kecamatan saja, bahkan juga sudah sampai pada tingkat provinsi.

Lalu karena kewalahan menerima order akhirnya ia mendirikan Pusat Pelayanan Agens Hayati (PPAH) “Tani Makmur” tahun 2000. Akhirnya berbagai eksperimen pupuk organik pun dilakukan hingga kini. Tak hanya itu saja, Putrinya pun ikut serta mengikuti jejak ibunya dengan meneruskan pendidikannyadi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Sebuah perjuangan yang tidak percuma karena yang akan menikmati hasilnya adalah anak-cucu kita