l. Memiliki perhatian murni.
Perhatian murni adalah kehadiran pikiran dan kewaspadaan, saat kemarahan timbul, kita harus secepatnya menyadari rasa marah di dalam diri kita, lalu cepat-cepat kita catat, mengaku salah, atau mengatakan di dalam batin. Raut wajah akan cepat keriput, ekspresi wajah akan menjadi gelap, kusam dan umur pendek bila kita sering marah. Kemarahan yang sering tidak terkendali lambat laun akan menutupi akal sehat kita dan tidak tertutup kemungkinan, akal sehat kita bisa terganggu karena rasa marah telah menguasai kita. Ada pendapat yang mengatakan bahwa menunjukkan kemarahan secara terang-terangan dan meledak akan membahayakan diri kita sendiri.
Kita jangan terpengaruh pada objek (kondisi orang yang menyebabkan kita marah), secepatnya kita harus mengalihkan kepada perhatian murni kita. Jangan sekali-kali kita menggertakkan gigi atau mengepalkan tangan, bila rasa marah timbul. Perhatian murni akan cepat menjernihkan pikiran dan kesadaran kita. Jadi, langkah pertama adalah melatih perhatian murni jika kita menjadikannya sebagai kebiasaan untuk menyadari setiap perubahan keadaan batin kita, kita dapat menjadi sangat baik sehingga mampu meredam kemarahan pada saat ia muncul.
2. Bersikap Tetap Tenang
Seni bersikap tenang dan hening merupakan sesuatu yang cukup langka dalam dunia modern kita. Derap kehidupan yang bising, ketidak sabaran, penekanan pada perolehan materi, produksi dan konsumsi yang sembarangan, pengaruh media iklan yang meresap dan di berbagai seni kehidupan modern lainnya, telah mengambil bagian terhadap erosi keutuhan moral dan nilai-nilai keagamaan. Mereka juga telah menyebabkan pikiran lebih rentan terhadap keresahan, hasutan, kegelisahan, ketakutan, dan kemarahan. Berusahalah kita mengembangkan keseimbangan spiritual, kesadaran, ketenangan, dan keheningan dengan disiplin bermeditasi. Meditasi sangat efektif mengurangi semuabentuk kemarahan, kebencian dan keinginan jahat. Dengan memelihara ketenangan dalam segala hal yang kita lakukan, pikiran kita akan menjadi jernih dan tidak teratasi oleh siapa pun, dan tidak akan pernah merasa tegang. Dalam ketenangan dan keheningan itu, kita akan menemukan sejumlah kekuatan dan energi untuk menyelesaikan tugas-tugas dan tujuan-tujuan anda.
3. Perenungan tentang kehidupan
Yang Sangat Singkat dan Kematian. “Ah! apa untungnya kalau marah-marah terus, hidup manusia sangatlah singkat, kita semua akan segera mati. Kemarahan tidak akan membawaku kemanapun tetapi, malah sebaliknya akan menyusahkanku. Oleh karena itu biarlah aku mengerjakan tanpa menjadi sedih atau kecewa. Aku mau hidup damai dengan diriku dan dunia“. Dengan berpikir bijaksana seperti itu, kita bisa menenangkan diri dan mengatasi kemarahan. Dengan merenungkan kematian juga akan menggerakkan kita untuk berusaha menjalani kehidupan yang berarti,serta tidak membuang-buang waktu kita pada pencarian yang tidak bermanfaat. “Kehidupan tidaklah pasti tetapi kematian adalah pasti”.
4. Renungkan akibat buruk dari kemarahan
“Dengan marah kepada pihak lain, anda mungkin, atau tidak, membuatnya menderita”, dan dengan marah, anda seperti orang yang ingin memukul pihak lain dan mengambil bara api sehingga anda sendiri yang pertama terbakar”. Emosi yang tidak sehat bisa mengganggu keseimbangan biokimia tubuh. Zat kimia yang dihasilkan tubuh sebagai akibat dari emosi ini bisa sangat mengganggu berbagai organ seperti thyroid, lapisan adrenalin, sistem pencernaan, dan organ-organ reproduksi. Lebih gamblangnya, kemarahan bisa menyebabkan kenaikan tekanan darah, detak jantung dan konsumsi oksigen. Bila kemarahan mencapai tingkat kronis bisa menyebabkan penyakit-penyakit seperti radang dinding lambung, sakit jantung, maag bahkan kanker.
5. Bercerminlah
Yakinlah bahwa wajah kita akan berubah buruk ketika rasa marah muncul. Dan bercerminlah menengok wajah kita sesaat rasa marah kita timbul. Saat timbul rasa marah, kita akan mengurutkan dahi dan ada noda pada wajah yang mulus bersih. Orang yang selalu tersenyum dan bersifat baik, yang sangat jarang marah akan disukai dan disambut oleh semua orang.
6. Ingat kebaikan-kebaikan si objek marah .
Setiap orang memiliki beberapa sifat baik, jika kita mengingat sisi kebaikan orang lain, kita tak akan sangat marah pada-nya. la mungkin pemah membantu kita sebelumnya ketika kita mengingat sifat-sifat baiknya dan hal-hal yang sudah dilakukan untuk kita sebelumnya, kita akan melunak dan tenang. Kita juga harus ingat tiada seorangpun yang sempurna dan kita pun memiliki kesalahan-kesalahan. Dikatakan bahwa lebik baik melihat satu kesalahan dalam diri sendiri dari pada ribuan kesalahan orang lain.
7. Diamlah!
Kapan saja kita marah, kita seharusnya tidak bertindak atau berkata apapun, kita mungkin melakukan atau mengatakan sesuatu yang menyakitkan yang akan kita sesali kemudian. Selanjutnya ketika kita minta maaf, itu sudah terlambat, karena kesalahan sudah dilakukan. Orang yang terluka mungkin tidak bisa mengubah sikap atau perasaannya terhadap kita. Jadi, kapan saja kemarahan timbul, kita harus diam dan bersikap seperti balok kayu. Hanya setelah kita mengatasi kemarahan, barulah kita mengatakan atau melakukan sesuatu.
8. Bertanyalah! mengapa kita marah ?
Bila kita diabaikan dihina oleh sesorang, kita akan marah dan kecewa, semua ini karena ego kita. kita harus menyadari kenapa kita marah? apakah karna perkataan “mereka” benar?atau menyinggung kita?. Kita harus selalu bertanya pada diri kita kenapa kita marah, jika perkataan atau perbuatan “orang” yang menghina, mengabaikan kita tidak benar…untuk apa marah?jika benar kenapa kita tidak menggangap saja sebagai suatu saran atau untuk mengkoreksi diri kita?
9. Renungkan bahwa kita semua punya hubungan.
Tanpa permulaan, itulah lingkaran hubungan sosial kita. kita telah melalui hidup ini dengan orang lain dan menjalani hubungan yang satu dengan yang lain, untuk waktu yang sangat lama sehingga pada suatu masa kita telah berhubungan dengan yang lainnya. Oleh karena itu sungguh tak pantas bagi kita untuk membenci orang yang dahulu pernah berhubungan dengan kita. Dengan berpikir bijaksana seperti ini, kemarahan kita juga bisa reda.
l0. Maafkan
Salah satu alasan kemarahan kita adalah ketidak mampuan kita untuk memaafkan dan melupakan. Jadi kita mudah tersinggung dan akibatnya kita cenderung menyimpan kepahitan, kebencian, ataurasapermusuhan. Meskipun mungkin kita berpikir bahwa kita telah memaafkan, tetapi di dalam lubuk hati kita belum memaafkan sepenuhnya. Secara sadar atau tidak, kita masih tetap menyimpan kepahitan atau kebencian. Jika kita bisa belajar untuk melepas, untuk memaafkan secara spontan dan sepenuhnya, kita akan hidup lebih ringan dan bahagia tanpa kemana-mana membawa beban kebencian kita.
11. Menghitung sampai sepuluh.
Dengan menghitung dari satu sampai sepuluh, kita punya waktu istirahat (jeda) sehingga kita memiliki kesempatan untuk mengeliminasi bahkan menghilangkan amarah kita. Saat hitungan kita sampai ke sepuluh, berarti sudah sekian detik-menit kita menunda rasa marah dan mereduksinya sampai hilang.
12. Melampiaskan dalam coretan atau buku harian.
Bila ada yang menghina dan mencela kita tanpa ada alasan yang jelas dan celaannya sangat menyakitkan, tidak ada salahnya bila kita melampiaskan rasa amarah kita dengan melukiskan namanya (yang marah terhadap kita) besar-besar di kertas kosong, lalu dicoret dengen spidaul ukuran besar, dan juga jangan lupa, dan setelah itu tuangkan rasa amarah kita dalam buku harian sehingga perasaan-perasaan kesal dongkol bisa keluar ‘tersalurkan’. Buku harian adalah teman kita yang sejati dan jujur, ia tidak pernah memberitahukan rahasia kita kepada orang lain dan ia akan selalu ‘membuka’ hati untuk kita melampiaskan amarah kita.