MAKNA SYAHADAH

MAKNA SHAHADAT




A. Laailahaillallah
Kalimat Laailahaillallah mempunyai kedudukan yg agung. Ia memiliki aturan, syarat-syarat, makna khusus & konsekuensi. Barang siapa yg mengucapkan dgn jujur maka Allah akan memasukannya dalam surga & barang siapa yg mengucapkannya dgn dusta maka darah & hartanya masih terjaga di dunia akan tetapi kelak di akhirat hisabnya diserahkan kepada Allah Ta’ala.

“Maka sesungguhnya Allah mengharamkan atasnya neraka bagi orang yg mengucapkan Laailahaillallah karena merapkan wajah Allah” (HR Bukhari & Muslim)

Kalimat ini pendek lafadznya, sedikit hurufnya & ringan diucapkan, namun memiliki bobot yg sangat berat di dalam timbangan keadilan. Ibnu Hibban & Al Hakim telah meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Musa pernah berkata wahai Tuhanku, ajarilah aku sesuatu yg dapat aku pakai untuk ingat kepada-Mu & do’a kepada-Mu, Allah berfirman: Wahai Musa ucapkanlah ‘Laailahaillallah’, Musa berkata: Semua hamba-Mu mengucapkan hal ini. Allah berfirman: Wahai Musa seandainya tujuh langit & penghuninya selain Aku & tujuh bumi ini di salah satu timbangan & Laailahaillallah diletakkan di daun timbangan lainnya, niscaya Laailahaillallah akan lebih berat dari itu semua” (HR Hakim & Ibnu Hibban dalam Maurid Adh Dhom’an)

Hadist ini menunjukkan Laailahaillallah merupakan dzikir yg paling utama. Sebagaimana yg ditegaskan oleh hadist dari Abdullah Ibnu Umar, Rasulullah bersabda:

“Sebaik-baik do’a adlah do’a di hari ‘arafah & sebaik-baik do’a yg aku ucapkan demikian pula para nabi sebelumku adalah do’a Laailahaillallah wahdahu laa syarikalah, lahulmulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kuli syai-in qadiir (Tidak ada yg berhak disembah kecuali Allah Yg Esa tidak ada sekutu baginya, milik-Nya segala kekuasaan & pujian & Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu)” (HR Ahmad & Tirmidzi dalam Ad Da’awat No. 3579)

Diantara dalil yg juga menunjukkan Laailahaillallah memiliki bobot yg sangat berat di dalam timbangan keadilan adalah hadist yg diriwayatkan oleh Tirmidzi, ia menghasankannya An Nasa’I & Al Haakim, ia berkata hadist ini shahih atas syarat Imam Muslim dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah SAW bersabda:

“Akan dipanggil seorang dari umatku di atas para pemuka makhluk pada hari kiamat kemudian dibentangkan baginya 99 sijjil (catatn amal) masing-masing sijjil sepanjang pan&gan mata. Lalu dikatakan kepadanya: ‘Apa kamu mengingkari hal ini?’ Ia menjawab: ‘Tidak wahai tuhanku’. Ia ditanya apa kamu punya alasan lain atau kebajikan?’ Dgn rasa takut ia menjawab: ‘Tidak punya.’ Lalu ia diberi tahu: ‘Sesungguhnya kamu memiliki beberapa kebajikan di sisi Kami & kamu tidak akan didzalimi sedikitpun kemudian dikeluarkan baginya sebuah bithaqah (kartu ucapan amal) yg di dalamnya tertulis -Asyhadu anlaailaha illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah-‘ Maka ia berkata: ‘Wahai tuhanku apa maksud dari bithaqah & sijjil ini?’ Dikatakan kepadanya: ‘Engkau tidak akan didzalimi sedikitpun’. Lalu sijjil-sijjil itu diletakkan di salah satu daun timbangan & bithaqah di daun timbangan lainnya, tiba-tiba sijjil itu menjadi ringan se&gkan bithaqah malah tambah berat.” (HR Tirmidzi No. 2641 dalam Al Imaan, Al hakim (1/5-6) & selain keduanya)

Kalimat Laailahaillallah memiliki 2 (dua) rukun, yaitu:
1. Annafyu artinya meniadakan seluruh sesembahan selain Allah Ta’ala
2. Al Itsbaat artinya menetapkan bahwa yg berhak disembah hanyalah Allah Ta’ala saja.

Kalimat Laailahaillallah tidak bermanfaat bagi orang-orang yg mengucapkannya kecuali dgn memenuhi 7 (tujuh) persyaratan, yaitu:
1. Al Ilmu artinya mengetahui maknanya.
2. Al Yakin artinya meyakini sepenuhnya kebenaran kalimat itu tanpa ragu & bimbang sedikitpun.
3. Al Ikhlas artinya ikhlas tanpa disertai kesyirikan sedikitpun.
4. Ash Shidqu artinya jujur tanpa disertai sifat kemunafikan.
5. Al Mahabbah artinya mencintai kalimat ini & segala konsekuensinya serta merasa gembira dgn hal itu.
6. Al Inqiyaad artinya tunduk & patuh melaksanakan hak-hak kalimat ini dgn cara melaksanakan kewajiban atas dasar ikhlas & mencari ridha Allah, ini termasuk konsekuensinya.
7. Al Qabuul artinya apa a&ya tanpa menolak, hal ini dibuktikan dgn melaksanakan perintah & meninggalkan larangan Allah.

Al Imam Ibnu Rajab berkata: “Dari sini jelaskah bahwa ucapan-ucapan hamba Laailahaillallah merupakan pengakuan ia tidak memiliki sesembahan selain Allah. Se&gkan makna Al Ilaahu adalah zat yg dita’ati & tidak dimaksiati disertai rasa takut, memuliakan, mencintai, mengharap, tawakkal, meminta & berdo’a kepada-Nya. Ini semuanya tidak pantas diberikan kecuali hanya untuk Allah. Walhasil, bahwa orang yg mengucapkan kalimat tauhid Laailahaillallah harus mengetahui maknanya & mengamalkan konsukuensinya secara lahir & bathin”.

Dari keterangan di atas jelaslah bagi kita bahwa makna ‘Laailahaillallah’ adalah ‘Tidak ada yg berhak disembah kecuali Allah’. Adapun menafsirkan kalimat Laailahaillallah dgn makna ‘Tidak ada pencipta kecuali Allah’, ‘Tidak ada yg mengatur kecuali Allah’, ‘Tidak ada tuhan kecuali Allah’ adalah kurang & menyelisihi Al Quran & Sunnah.

Juga diantara konsekuensi Laailahaillallah adalah menerapkan nama-nama & sifat-sifat Allah yg telah ditetapkan oleh Allah & Rasul-Nya.
Realisasi kalimat syahadat
DOWNLOAD GAMBAR
B. Muhammadarrasulullah

Konsekuensi dari syahadat …Muhammadarrasulullah adalah:

1. Mentaati perintahnya.
“Hai orang-orang yg beriman, taatlah kepada Allah & Rasul-Nya, & janganlah kamu berpaling dari-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintahnya)” (QS 8:20)

“Katakanlah: Taatlah kepada Allah & taatlah kepada Rasul, & jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul hanyalah apa yg dibebankan kepadanya, kewajiban kamu adalah apa yg dibebankan kepadamu. & jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. & tiada lain kewajiban rasul hanya menyampaikan (amanatAllah) dgn terang.” (QS 24:54)

“Setiap umatku akan masuk ke dalam syurga, kecuali yg enggan. Mereka berkata siapakah yg enggan ya Rasululloh? Beliau menjawab: Siapa yg mentaatiku maka ia akan masuk syurga & siapa yg mendurhakaiku, maka dialah yg enggan.”

2. Membenarkan apa yg di kabarkannya.
“Apa yg diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. & apa yg dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, & bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS 59:7)

“Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi tak ada yg berhak di sembah kecuali Allah & sampai mereka percaya kepadaku & apa yg aku bawa” (HR Muslim)

Allah mengancam dgn neraka Sa’iir bagi mereka yg tidak percaya terhadap apa yg di kabarkannya, “& barangsiapa yg tidak beriman kepada Allah & Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yg kafir neraka yg bernyala-nyala.” (QS 48:13)

Abu Bakar Ash-Shiddiq: “Aku tidaklah meninggalkan apa yg diperintahkan oleh Rasul kecuali akan aku kerjakan & aku takut jika meninggalkan satu saja & perintah Rasul maka kebinasaan akan menimpaku”.

3. Meninggalkan apa yg di larangnya tanpa ada sifat ragu.
Ada yg mengatakan: “0. . . hukum ini tidak ada dalam Al-quran” sebagaimana yg di lakukan oleh Inkaarus Sunnah.

Sesungguhnya As-Sunnah itu adalah menafsirkan & menjelaskan Al-Quran sebagaimana firman Allah ta’ala:
“& Kami turunkan kepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yg telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan” (QS 16:44)

Dari Miqdam bin Ma’di Yakrib Rasululloh bersabda:
“Ketahuilah bahwa aku di berikan Al Quran & sepertinya bersamanya (yaitu Assunah)”.

Salah satu contoh pentingnya As-Sunnah untuk memahami Al Quran:
“Katakanlah: Siapakah yg mengharamkan perhiasan dari Allah yg telah di keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya & (siapa pulakah yg rnengharamkan) rezeki yg baik. Katakanlah: Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yg beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yg mengetahui.” (QS 7:32)

4. Tidak beribadah kepada Allah melainkan dgn cara yg telah di syariatkan.
Allah telah menyempumakan agamanya, wahyu telah terputus & kenabian telah ditutup sebagaimana firman Allah:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu & telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku & telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu“ (QS A1-Maidah:3)

5. Syahadat ini juga memiliki konsekuensi yaitu tidak meyakini bahwa nabi Muhammad memiiki sifat rububiyyah yg punya pengaruh di alam semesta & tidak berhak disembah.
Beliau hanyalah seorang hamba, seorang Rasul yg tidak didustakan & seorang hamba yg tidak mampu mendatangkan mamfaat atau menolak mudharat bagi dirinya atau orang lain kecuali atas izin dan kehendak Allah.

Katakanlah: “Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, & tidak (pula) aku mengetahui yg ghaib & tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yg telah diwahyukan kepadaku. Katakanlah: “Apakah sama orang yg buta dgn orang yg melihat”. Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya). (QS 6:50)

Hendaknya kita menempatkan nabi Muhammad pada kedudukan & martabat yg telah Allah berikan kepadanya yaitu sebagai hamba & utusan.

Semoga salawat dan salam tetap tercurah kepadanya.