Belajar kesederhanaan dari presiden Iran

ADA banyak alasan dan faktor yang menentukan berhasil tidaknya sebuah kepemimpinan. Bahkan kepemimpinan sendiri memiliki beragam versi. Tapi setidaknya ada sejumlah kesamaan yang bisa ditemukan dalam beragam sosok yang dikatakan mampu mewakili kepemimpinan yang baik. Salah satunya respek.

Pemimpin yang baik adalah orang yang dihormati tidak hanya pada level seremonial tapi disegani karena memang memiliki kualitas yang mampu membuat orang mengakui kapasitas dan integritasnya. Tidak perlu tambahan tampilan artisifisial. Bahkan kesederhanaan seorang pemimpin bisa memenangkan hati rakyat. Seperti yang selama ini diperlihatkan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad.

Mantan wali kota yang satu ini tidak hanya dikenal karena ketegasan kebijakannya tapi juga gaya hidup dan sikapnya yang lebih mendekati rakyatnya. Sebagai presiden Ahmadinejad sama sekali tidak menjalani kehidupan keseharian yang hanya dijalani persentase terkecil penduduk negerinya alias orang-orang dari kalangan atas. Tapi selain itu ada banyak sisi lain darinya. Apa saja? Berikut di antaranya.

Masa kecil

Mahmoud Ahmadinejad dilahirkan di Aradan, sebuah daerah pertanian yang berada sekitar 120 kilometer dari arah tenggara ibu kota Iran, Teheran, dekat Garmsar. Ia merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara. Keluarganya dikenal sebagai keluarga Syiah. Ayahnya seorang pandai besi dan rakyat kebanyakan. Bukan tokoh ulama, juga bukan tokoh politik.

Ahmadinejad kecil tumbuh layaknya anak-anak pada umumnya dan saat menjelang remaja, ia juga memiliki hobi. Ia dikenal sebagai penggemar sepak bola. Tidak itu saja, Ahmadinejad disebut-sebut jago memaninkan si kulit bundar. Selain memiliki kemampuan di atas rata-rata untuk mata pelajaran matematika. Dan layaknya anak-anak muslim Ahmadinejad pun tidak pernah melewatkan ritual mengaji. Apalagi ia memiliki suara yang bagus. Sesuatu yang diperlihatkan saat membaca Alquran dan berorasi di kemudian hari.

Karier dan kampanye

Sebelum dikenal sebagai sosok yang sangat konsisten memberikan perlawanan atas arogansi Amerika dan sekutunya, terutama dalam hal pengelolaan nuklir, tidak ada yang mengira Ahmadinejad akan mampu memenangkan suara dan menempati posisi presiden di negerinya. Pasalnya enam kandidat lainnya merupakan tokoh ulama dan tokoh politik dengan sokongan dana melimpah.

Tapi faktanya ia memperoleh 6,.91% suara pada pilpres Iran tanggal 24 Juni 2005. Jabatan kepresidenan kemudian dimulainya pada 3 Agustus 2005. Dan setelah satu periode berlalu ia kembali terpilih sebagai Presiden Iran ketujuh. Bagaimana Ahmadinejad berkampanye? Sepertinya ia melakukannya sejak menjabat sebagai wali kota Teheran pada 2003. Tidak melalui spanduk atau pencitraan artifisial, melainkan dengan kebijakan pro rakyat dan yang paling menonjol gaya serta sifatnya yang sederhana.

Saat menjabat wali kota Teheran, ke mana-mana ia selalu menyetir sendiri, tetap tinggal di rumah susunnya, membersihkan lingkungan sekitar, mengamati sendiri setiap sudut kota, dan lainnya. Ia juga mengembalikan banyak perubahan yang dilakukan wali kota sebelumnya, yang lebih moderat dan reformis, dan mementingkan nilai-nilai keagamaan dalam kegiatan-kegiatan di pusat-pusat kebudayaan. Lebih dari itu rakyat tidak merasakan sosoknya sebagai orang yang jauh dari jangkauan. Mereka merasakannya sebagai bagian dari kota dan mencintainya untuk itu.

Selain pendapatnya yang tak jarang dinilai provokatif oleh sejumlah kalangan, terutama menyangkut Israel dan kepentingannya, Ahmadinejad terkenal karena kesederhanaannya, baik dalam kehidupan sehari-hari sebagai personal maupun presiden. Bahkan mengenai kedudukannya sebagai presiden Ahmadinejad senantiasa mengingatkan diri sendiri, "Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa."

Setidaknya demikian pengakuannya ketika diwawancara Fox TV. Selain itu masih banyak sisi lain yang menunjukkan pilihannya pada gaya hidup yang tidak berlebihan. Apa saja? Berikut di antaranya.

Ruang dinas

Hal pertama yang dilakukan Ahmadinejad ketika memasuki ruang dinasnya adalah mengamati adakah yang bisa ia sumbangkan atau diganti dengan yang ongkos pemeliharaannya lebih rendah. Tanpa ragu kala itu Ahmadinejad menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu ke sejumlah masjid di Teheran dan menggantinya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan. Ia juga menghilangkan ruang VIP dan menggantinya dengan ruang biasa. Namun meski hanya dilengkapi dua kursi kayu, ruang khusus para tamu presiden itu tetap impresif.

Kekayaan

Ketika resmi menjabat sebagai presiden, Ahmadinejad tidak lupa mengumumkan kekayaan dan propertinya yang ternyata terdiri atas mobil Peugeot 504 tahun 1977 dan sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Selain itu, rekening banknya bersaldo minimum dan satu-satunya uang yang masuk adalah gaji bulanannya sebagai dosen di sebuah universitas yang hanya senilai 250 dolar AS (sekitar Rp 2.500.000).

Keseharian

Selama menjadi Presiden Iran, Ahmadinejad tinggal di rumahnya sendiri. Ia juga tidak mengambil gajinya sebagai presiden. Alasannya? Semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya. Ia juga selalu membawa tas yang isinya makanan untuk sarapan berupa roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya. Ahmadinejad juga yang menghentikan kebiasaan menyediakan makanan khusus untuk presiden.

Selain itu, kebijakan lain yang diubahnya adalah kebijakan tentang pesawat terbang kepresidenan, Ia mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak masyarakat. Sedangkan untuk dirinya sendiri, Ahmadinejad meminta pesawat terbang biasa dengan kelas ekonomi.

Protokoler

Untuk efektivitas, presiden Iran yang ke-7 ini memangkas sejumlah protokoler istana sehingga para menteri dapat masuk ke ruangannya tanpa hambatan. Ia juga menghentikan kebiasaan upacara seremonial seperti karpet merah, sesi foto atau publikasi pribadi dan hal-hal seperti itu saat mengunjungi berbagai tempat di negaranya. Ia juga tak jarang tidur di ruang tamu rumahnya setelah "bebas" dari para pengawal presiden yang selalu mengikutinya.

Kehidupan Spiritual

Saat memasuki masjid Ahmadinejad tidak akan melangkahi makmum lain jika datang terlambat. Ia akan duduk di saf mana pun yang didapatinya. Dalam kesehariannya sebagai presiden, ketika azan berkumandang, ia pun langsung mengerjakan salat di mana pun dirinya berada meski hanya beralaskan karpet biasa. Bahkan ketika menikahkan putranya ia hanya menyelenggarakan acara yang sangat sederhana layaknya acara kaum buruh dengan hidangan berupa buah-buahan yang umum dikonsumsi rakyatnya. (*)